Subscribe:


ShoutMix chat widget
Secara umum dapat disebutkan di sini bahwa sumber-sumber dan rujukan Sirah
Nabawiyah ada tiga, yaitu : Kitab Allah, Sunnah Nabawiyah yang shahih, dan kitab-kitab Sirah.
Pertama : Kitab Allah
Kitab Allah merupakan rujukan pertama untuk memahami sifat-sifat umum Rasulullah
saw dan mengenal tahapan-tahapan umum dari Sirahnya ynag mulia ini. Ia mengemukakan
Sirah Nabawiyah dengen menggunakan salah saru dari dua uslub :
 Pertama : mengemukakan sebagian kejadian dari kehidupan dan Sirahnya. Seperti
ayat-ayat yang menjelaskan tentang perang Badar, Uhud, Khandaq, dan Hunain,
serta ayat-ayat yang mengisahkan perkawinan dengan Zainab binti Jahsyi.
 Kedua : mengomentari kasus-kasus dan peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk
menjawab masalah-masalah ynag timbul atau mengungkapkan masalah yang belum
jelas, atau untuk menarik perhatian kaum Muslim kepada pelajaran dan nasehat yang
terkandung di dalamnya. Semua itu berkaitan dengan salah satu aspek dari Sirahnya
atau permasalahnya. Dengan demikian telah menjelaskan banyak hal mulia dari
kehidupan berbagai perkara serta perbuatannya.
Tetapi pembicaraan al-Quran tentang kesemuanya itu hanya disampaikan secara
terputus-putus. Betapapun beragamnya uslub al-Quran dalam menjelaskan seri Sirahnya tetapi
tidak lebih hanya sekadar penjelasan secara umum dan penyakinan secara global dan sekilas
tentang beberapa peristiwa dan berita. Demikianlah cara al-Quran dalam menyajikan setiap
kisah para Nabi dan ummat-ummat terdahulu.
Kedua : Sunnah nabawiyah yang shahih
Yakni apa yang terkandung di dalam kitab-kitab para imam hadits yang terkenal jujur
dan amanah. Seperti kitab-kitab enam, Muwaththa’ Imam Malik, dan Musnad Imam Ahmad.
3
Sumber kedua ini lebih luas dan lebih rinci. Hanya saja belum tersusun secara urut dan
sistematis dalam memberikan gambaran kehidupan Rasulullah saw sejak lahir hingga wafat. Hal
ini disebabkan oleh dua hal :
 Pertama : Sebagian besar kitab-kitab ini disusun hadits-haditsnya berdasarkan babbab
fikih atua sesuai dengan satuan pembahasan yang berkaitan dengan syari’at
Islam. Oleh karena itu hadits-hadits yang berkaitan dengan Sirahnya ynag
menjelaskan bagian dari kehidupannya terdapat pada berbagai tempat diantara semua
bab yang ada.
 Kedua : Para Imam hadits, khususnya penghimpun al Kutub as-Sittah , ketika
mengumpulkan hadits-hadits Rasulullah saw tidak mencatat riwayat Sirahnya seara
terpisah , tetapi hanya mencatat dalil-dalil syari’ah secara umum ynag diperlukan.
Di antara keistimewaan sumber kedua ini ialah bahwa sebagian besar isinya
diriwayatkan dengan sanad shahih yang bersambung kepada Rasulullah saw, atau kepada para
sahabat yang merupakan sumber khabar manqul, kendatipun Anda temukan pula beberapa
riwayat dha’if yang tidak bisa dijadikan hujjah.
Ketiga : Kitab-kitab Sirah
Kajian-kajian Sirah di masa lalu diambil dari riwayat-riwayat pada masa sahabat yang
disampaikan secara turun-temurun tanpa ada yang memperhatikan untuk menyusun atau
meghimpunnya dalam suatu kitab, kendatipun sudah ada beberapa orang yang memperhatikan
secara khusus Sirah Nabi saw dengan rincian-rinciannya.
Baru pada generasi Tabi’in Sirah Rasulullah saw diterima dengan penuh perhatian
dengan banyaknya di antara mereka yang mulai menyusun data tentang Sirah Nabawiyah yang
didapatkan dari lembaran-lembaran kertas. Di antara mereka ialah : Urwah bin Zubeir yang
meinggal pada tahun 92 Hijriyah , Aban bin Utsman (105), Syurahbil bin Sa’d (123), Wahab
bin Munabbih (110) dan Ibnu Syaihab az-Zuhri ( wafat tahun 124 H ).
Akan tetapi semua yang pernah mereka tulis sudah lenyap, tidak ada yang tersisa
kecuali beberapa bagian yang sempat diriwayatkan oleh Imam ath-Thabari. Ada yang
mengatakan bahwa sebagian tulisan Wahab bin Munabbih sampai sekarang masih tersimpan di
Heidelberg, Jerman.
Kemudian muncul generasi penyusun Sirah berikutnya . Tokoh generasi ini ialah
Muhammad Ishaq (152). Lalu disusul oelh generasi sesudahnya dengan tokohnya al-Waqidi
(203) dan Muhammad bin Sa’d, penyusun kitab ath-Thabari al-Kubra (130)
Para Ulama sepakat, bahwa apa yang ditulis oleh Muhammad bin Ishaq merupakan data
yang paling terpercaya tentang Sirah Nabawiyah ( pada masa itu ) Tetapi sangat disayangkan
bahwa kitabnya al-Maghazzi termasuk kitab yang musnah pada masa itu.
Tetapi al-Hamdu li’Ilah , sesudah Muhammad bin Ishaq muncul Abu Muhammad Adul
Malik yang terkenal dengan Abi Hisyam. Ia meriwayatkan Sirah tersebut dengan berbagai
penyempurnaan,s etelah abad sesudah penyusun kitab Ibnu Ushaq tersebut.
Kitab Sirah Nabawiyah yang dinisbatkan kepada Ibu Hisyam yang sekarang ini hanya
merupakan duplukat dari Maghazzinya Ibnu Ishaq.
4
Ibnu Khalikan berkata :Ibnu Hisyam adalah orang yang menghimpun Sirah Rasulullah
saw dari al-Maghazzi dan as-Siyar karangan Ibnu Ishaq. Ia telah menyempurnakan dan
meringkasnya. Kitan inilah yang ada sekarang dan yang terkenal dengan Sirah Ibnu Hisyam.
Selanjutnya , lahirlah kitab-kitab Sirah Nabawiyah. Sebagiannya menyajikan secara
menyeluruh, tetapi ada pula yang memperhatikan segi-segi tertentu, seperti al-Asfahani di
dalam kitabnya Dala’il an nubuwwah, Tirmidzi di dalam kitabnya Asy-Syama’il dan ibnu
Qayyim al-Jauziyah di dalam kitabnya Zad al-Ma’ad.

0 Komeng:

Post a Comment

 
Copyright 2009 Intelektual-Muslim™