Subscribe:


ShoutMix chat widget

3.13.2011

Di dalam riwayat Ibnu Hisyam dari Ibnu Ishaq disebutkan bahwa ‘Utbah bin Rabi’ah
seorang tokoh cendekiawan di antara kaumnya berkata di majelis pertemuan Quraisy,“Wahai
kaum Quraisy, ijinkanlah aku bertemu dan berdialog dengan Muhammad, dan menawarkannya
beberapa tawaran kepadanya, barangkali dia bersedia menerima salah satunya. Kita berikan
kepadanya apa yang disukainya, dan dia berhenti menyusahkan kita.“ Kaum Quraisy
menjawab:“ Kami setuju, wahai Abu al-Walid . Pergi dan berdialoglah kepada Muhammad.“
Kemduian ‘Utbah datang kepada Rasulullah saw , lalu duduk di hadapan Nabi saw, dan
berkata,“ Wahai putra saudaraku, anda adalah seorang dari lingkungan kami, dan andapun
telah mengetahui kedudukan silsilah kami ( yang dipandang terhormat oleh semua orang Arab).
Namun ternyata anda telah membawa suatu persoalan yang amat gawat kepada kaum kerabat
anda, dan anda telah memecah-belah kerukunan dan persatuan mereka. Sekarang dengarkanlah
baik-baik, saya hendak menawarkan kepada anda beberapa hal yang mungkin dapat anda
terima salah satu di antaranya. „ Nabi saw menjawab :“ Katakanlah , hai Abu al-Walid , apa
yang hendak kamu tawarkan.“ ‘Utbah bin Rabi’ah berkata :“ Wahai putra saudaraku, jika
dengan dakwah yang anda lakukan itu anda ingin mendapatkan harta kekayaan, maka akan
kami kumpulkan harta kekayaan yang ada pada kami untuk anda, sehingga anda menjadi orang
yang terkaya di kalangan kami. Jika anda menginginkan kehormatan dan kemuliaan, anda akan
kami angkat sebagai pemimpin, dan kami tidak akan memutuskan persoalan apa pun tanpa
persetujuan anda. Jika anda ingin menjadi raja, kami bersedia menobatkan anda sebagai raja
kami. Jika anda tidak sanggup menangkal jin yang merasuk ke dalam jiwa anda, kami bersedia
mencari tabib yang sanggup menyembuhkan anda, dan untuk itu kami tidak akan menghitunghitung
berapa biaya yang diperlukan sampai anda sembuh.“
Rasulullah saw bertanya kepada ‘Utbah,“ Sudah selesaikan anda wahai Abu al-Walid ?“
Jawab ‘utbah ,“ Sudah“. Nabi saw berkata ,“Sekarang dengarkanlah dariku.“ Kemudian Nabi
saw membaca :
„Haa Miim. Diturunkan Tuhan yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang telah
dijelaskan ayat-ayatnya, al-Quran dalam bahasa Arab, bagi kaum yang hendak mengetahuinya.
Kitab yang membawakan berita gembira dan yang membawakan peringatan, tetapi kebanyakan
mereka berpaling dan mereka tidak mau mendengarkannya. Mereka (bahkan) berkata :“ Hati
kami tertutup bagi apa yang kamu serukan kepada kami, dan telinga kami pun tersumbat rapat
. Antara kami dan kamu terdapat dinding pemisah. Karenanya, silahkan kamu berbuat (menurut
kemauanmu sendiri) dan kami pun berbuat (menurut kemauan kami sendiri).“ Katakanlah ( Hai
Muhammad),“ Bahwasannya aku adalah seorang manusia (juga) seperti kamu, diwahyukan
kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Satu, karena itu hendaklah kamu tetap
pada jalan lurus menuju kepada-Nya dan celakalah orang-orang yang mempersekutukan-
Nya......:“

Ketika ‘Utbah mendengar bacaan Rasulullah saw sampai ayat :
„ Jika mereka berpaling maka katakanlah ,“ Kalian telah kuperingatakan (mengenai datangnya )
peitr (adzab) seperti petir yang menghancurkan kaum ‘Aad dan Tsamud ( dahulu) QS
Fushshilat : 13
‘Utbah menutup mulut Nabi saw dengan tangannya memohon supaya berhenti
membacanya karena takut ancaman yang terkandung di dalam ayat tersebut.
Kemudian ‘Utbah kembali kepada kaummnya yang sudah menantinya. Mereka
bertanya,“ Bagaimana hasilnya wahai Abu al-Walid ?“ ‘Utbah menjawab :“ Aku mendengar
suatu perkataan yang belum pernah aku dengar sama sekali. Demi Allah, perkataan itu bukan
syair, bukan sihir, dan bukan pula mantera dukun. Wahai kaum Quraisy, taatilah aku , dan
biarkan Muhammad dengan urusannya. Biarkanlah dia! Demi Allah, sungughn perkataan yang
aku dengar darinya itu akan menjadi berita yang menggemparkan. Jika apa yang dikemukakan
Muhammad saw terjadi pada bangsa Arab, maka hanya dia yang bisa membebaskan kamu. Dan
jika Muhammad berkuasa atas bangsa Arab, maka kekuasaannya adalah kekuasaanmu,
kemuliaannya adalah kemuliaan kamu juga.“
Kaum Quraisy menjawab,“ Demi Allah, Muhammad telah mensihirmu, wahai Abu al-
Walid, dengan perkataanya.“ ‘Utbah berkata,“ Demikianlah pendapatku tentang Muhammad .
Kamu bebas untuk berbuat sesukamu.“
Thabari dan Ibnu Katsir meriwayatkan bahwa beberapa orang musyrik, termasuk al-
Walid bin Mughira dan al-Ash bin Wa’il , datang menemui Rasulullah saw menawarkan harta
kekayaan dan gadis tercantik kepadanya, dengan syarat beliau bersedia meninggalkan kecaman
terhadap tuhan-tuhan mereka. Ketika Nabi saw menolak tawaran tersebut, mereka
menawarkan,“Bagaimana jika anda menyembah tuhan-tuhan kami sehati, dan kami menyambah
tuhanmu sehari (bergantian)?“ Tetapi tawaran ini juga ditolak oleh Nabi saw. Dan berkenaan
dengan hal ini Allah swt menurunkan fimarn-Nya :
„Katakanlah ,“Hai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan
kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah
apa yang kamu sembah, dan kamu tidak parnah (juga) menjadi penyembah Tuhan yang aku
sembah. Untukmu agamau, dan untukku agamaku.“ QS al-kafirun 1-6
Para pembesar Quraisy belum berputus asa membujuk Nabi saw. Secara beramai-ramai
mereka mendatangi Rasulullah saw dan menawarkan kembali apa yang pernah ditawarkan oleh
‘Utbah kepada nabi saw. Mereka menawarkan kekuasaan, harta kekayaan dan pengobatan.
Kepada mereka Rasulullah saw mengatakan ,“Aku tidak memerlukan semua ynag kamu
tawarkan. Aku tidak berdakwah karena menginginkan harta kekayaan, kehormatan, atau
kekuasaan. Tetapi Allah mengutusku sebagai Rasul. Dia menurunkan Kitab kepadaku dan
memerintahkan aku agar menjadi pemberi kabar gembira dan peringatan. Kemudian aku
sampaikan risalah Rabb-ku dan aku sampaikan nasehat kepadamu. Jika kamu menerima
dakwahku, maka kebahagianlah bagimu di dunia dan di akherat. Jika kamu menolak ajakanku,
maka aku bersabar mengikuti perintah Allah sehingga Allah memberikan keputusan antara aku
dan kamu.“
Selanjutnya mereka berkata kepada Nabi saw,“Jika anda tidak bersedia menerima
tawaran kami, maka sesungguhnya anda telah mengetahui bahwa tidak ada orang yang lebih
kecil negerinya, lebih gersang tanahnya dan lebih keras kehidupannya selain dari pada kami.

Karena itu mintakanlah untuk kami kepada Rabb yang telah mengutusmu agar menjauhkan
gunung-gunung yang menghimpit ini dari negeri kami, mengalirkan sungai-sungai untuk kami
sebagaimana sungai-sungai Syam dan Iraq, dan membangkitkan bapak-bapak kami yang telah
mati, terutama Qushayyi bin Kilab, karena dia seorang tokoh yang terkenal jujur, sehingga
kami dapat bertanya kepadanya tentang apa yang anda katakan. Mintalah buiat anda kebun ,
istana, tambang emas dan perak yang dapat memenuhi apa yang selama ini anda buru. Jika
anda telah melakukan apa yang kami minta, maka kami baru akan membenarkan anda,. Kami
akan akan tahu kedudukan anda di sisi Allah, dan akan mempercayai bahwa Dia mengutusmu
sebagai Rasul sebagaimana anda katakan.“
Jawab Nabi saw,“ Aku tidak akan melakukannya, aku tidak akan meminta hal itu
kepada Allah.“
Setelah perdebatan yang panjang , akhirnya mereka berkata kepada Nabi saw,“Kami
dengar bahwa anda mempelajari semua itu dari seorang yang tinggal di Yamamah bernama ar-
Rahman. Demi Allah kami tidak percaya kepada ar-Rahman. Sesungguhnya kami telah
berusaha sepenuhnya kepada anda, wahai Muhammad. Demi Allah, kami tidak akan
membiarkan anda mengalahkan kami.“ Kemduian mereka bangkit dan meninggalkan nabi saw.
Beberapa Ibrah
Di dalam fragmen Sirah Nabawiyah yang kami sebutkan di atas terdapat tiga pelajaran
penting.
Pertama, menjelaskan kepada kita tentang kebersihan dakwah nabi saw dari segala bentuk
kepentingan dan tujuan pribadi yang biasanya menjadi motivasi para penyeru ideologi baru dan
penganjur pembaruan dan revolusi.
Apakah melalui dakwahnya Rasulullah saw bermaksud memburu kekuasaan,
kehormatan, dan kekayaan ? Apakah dakwahnya hanya merupakan manifestasi dari segala
kebusukan ynag terimpan di dadanya ?
Semu tuduhan ini merupakan senjata yang biasa digunakan oleh mush-musuh Islam
untuk menghancurkan dakwah Islam. Tetapi betapa agung dan mulianya rahasia kehidupannya
yang telah dipersiapkan Rabb semesta alam kepada Rasul-nya . Allah telah mengisi kehidupan
Rasul-Nya dengan sikap-sikap dan peristiwa-peristiwa yang menghancurkan semua tuduhan
busuk ynag dilontarkan para musuh Islam ,d an membuat mereka bingung mencari cara yang
harus ditempuh untuk melancarkan serangan pemikiran.
Adalah termasuk kebijaksanaan Allah bahwa kaum musyrik Quraisy telah melakukan
beberapa kali perundingan (penawaran) kepada Rasulullah saw , setelah mereka
membayangkan dalam pikiran mereka sendiri tuduhan-tuduhan tersebut, kendatipun mereka
sangat mengetahui tabiat dan tujuan dakwah Rasulullah saw . Tetapi demikianlah hikmah
Ilahiyah telah menghendakinya, tiap tuduhan palsu dan ghazwul fikri (serangan pemikiran)
yang akan dilancarkan oleh mush-musuh Islam.
Para orientalis seperi Kramer dan Van Vloten, setelah lama memeras otak, tetapi tidak
juga berhasil menemukan peluang untuk menodai kesucian Rasulullah saw akhirnya dengan
mengesampingkan kebenaran mereka menuduh bahwa Muhammad berdakwah semata-mata
memburu kekuasaan dan kejayaan.


Tetapi jauh sebelum para orientalis ini datnag, Allah telah memperlihatkan bagaimana
‘Utbah bin Rabi’ah atas nama kaum Quraisy menawarkan emua yang dituduhkan itu kehadapan
Nabi saw. Tawaran itu ditolak sama sekali oleh Rasulullah saw , bahkan setelah itu beliau tetap
tabah menghadapi penyiksaan dan penganiayaan kaum Quraisy.
Seandainya dakwah Rasulullah saw semata-mata mengejar kekuasaan dan harta
kekayaan, niscaya beliau tidak akan bersedia menanggung penyiksaan dan tidak akan menolak
tawaran mereka seraya mengatakan :
„Aku tidak berdakwah karena menginginkan harta kekayaan, kehormatan, atau kekuasaan.
Tetapi Allah telahmengutusku sebagai Rasul. Dia menurunkan Kitab kepadaku dan
memerintahkan aku agar menjadi pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan. Kemudian
aku sampaikan risalah Rabb-ku dan aku sampaikan nasehat kepadamu. Jika kamu menerima
dakwahkuk , maka kebahagiaanlah bagimu di dunia dan di akherat. Jika kamu menolak
ajakanku, maka aku bersabar mengikuti perintah Allah sehingga Allah memberikan keputusan
antara aku dan kamu.“
Dalam pada itu, kehiduapn sehari-hari Rasulullah saw juga membenarkan ucapannyaini.
Beliau tidak menolak kekuasaan, dan harta kekayaan hanya dengan lisannya saja , bahkan
kehidupan sehari-harinya pun membuktikan hal tersebut. Beliau hidup dengan gaya kehidupan
yang sangat sederhana, tidak pernah lebih dari kehidupan kaum fakir dan miskin. Berkata
Aisyah r.a. dlam sebuah riwayat Bukhari. :
„Sampai Nabi saw meninggal belum pernah ada di dalam rak makananku sesuatu yang bisa
dimakan manusia kecuali secuil roti, dan itupun aku mohon untuk beberapa hari.
Berkata Anas r.a. dalam sebuah riwayaat Bukhari :
„Sampai meninggal nabi saw , belum pernah maan makanan di atas piring sampai meninggal
beliau belum pernah makan roti yang berkualitas baik.“
Kehidupan Rasulullah saw sungguh sangat sederhana, baik dalam berpakaian ataupuan
menyangkut perabot rumahnya. Beliau tidur hanya di atas tikar anyaman, bahkan belum pernah
sama sekali tidur di atas hamparan yang lembut dan empuk. Hingga istri-istrinya, pada suatu
hari mendatangi beliau mengadukan ihwal kehidupan yang memprihatikan. Mereka menuntut
perbaikan keadaan, paling tidak sedikit di bawah kehidupan para istri sahabatnya. Mendengar
tuntutan ini, Rasulullah saw marah dan tidak memberikan jawaban pun hingga kemudian Allah
menurunkan firman-Nya :
„Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu,“Jika kamu sekalian menginginkan kehiduan dunia
dan perhiasan , maka marilah supaya kuberikan kepadamu bekal, dan aku ceraikan kamu
dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghandaki (keridhahan) Allah dan Rasul-Nya
dan (kesenangan) di negeri akherat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yng
berbuat baik di antaramu pahala yang besar.“ QS al- Ahzab : 28-29
Kemudian Rasulullah saw membacakan kedua ayat ini kepad para istrinya dan
memberikan pilihan kepada mereka : Hidup bersamanya dengan kondisi seadanya atau tetap
menuntut perbaikan kehidupan dengan diceraikan secara baik. Tetapi mereka kembali memilih
hidup bersama Rasulullah saw dengan kondisi seadanya.
Apakah setelah ini masih ada akal-akal siapa pun yang meragukan keikhlasan dakwah
nabi saw ? Masih adakah setelah penjelasanini orang yang mencoba menuduh Rasulullah saw
berdakwah karena ambisi kekuasaan dan harta kekayaan ?

Kedua, penjelasan tentang makna hikmah (kebijaksanaan) yang menjadi prinsip dakwah
Rasulullah saw .
Apakah hikmah berarti bahwa dalam berdakwah anda boleh berbuat kebijaksanaan
sendiri sesuka hari anda, betapapun cara dan bentuk „kebijaksanaan“ tersebut ?“
Apakah sariat Islam memberikan kebebasan kepada anda untuk menempuh cara atau
sarana apa saja selama tujuan anda benar ?
Tidak, sesungguhna syariat Islam telah menentukan sarana kepada kita sebgaimana
telah menentukan tuuan. Anda tidak boleh mencapai tujuan yang disyariatkan Allah kecuali
dengan jalan tertentu yang telah dijadikan Allah sebagai sarana untuk mencapainya. Semua
kebijaksanaan dan policy dakwah Islam harus dirumuskan sesuai dengan batas-batas sarana ang
telah disyariatkan.
Apa yang telah kami sebutkan di muka merupakan dalil bagi apa yang kami tegaskanini.
Tidakkah cukup kebijaksanaan seandainya Rasulullah saw menerima tawaran kaum Quraisy
untuk menjadi penguasa atau raja, sehingga dengan kekuasaan itu beliau bisa memanfaatkan
sebagai sarana dakwah Islam ? Apalagi kekuasaan dan pemerintahan itu memiliki pengaruh
besar di dalam jiwa manusia . perhatikanlah bagaimana para penganjur ideologi yang baru saja
berhasil merebut kekuasaan, memanfaatkan kekuasaan itu untuk memaksakan pemikiran dan
ideologi mereka kepada masyarakat.
Tetapi, Nabi saw tidak mau menggunakan cara-cara seperti ini di dalam dakwahnya,
karena bertentangan dengan prinsip-prinsip dakwah Islam itu sendiri.
Jika cara-cara seperti ini dibenarkan dan dianggap sebgai „kebijaksanaan“ yang syar’i ,
niscaya tidak akan ada bedanya antara orang yang jujur dan orang yang berdusta, antara
dakwah-dakwah Islam dan dakwah-dakwah kebatilan.
Kemuliaan dan kejujuran , baik menyangkut sarana ataupun tujuan, adlah landasan
utama falsafah agma ini (Islam). Tujuan harus sepenuhnya di dasarkan pada kejujuran.
Kemuliaan dan kebenaran. Demikian pula sarana, harus didasarkan kepada prinsip kejujuran,
kebenaran, dan kemuliaan.
Dari sinilah maka para da’i Islam dituntut untuk lebih banak berkorban dan berjihad,
karena mereka tidak dibenarkan menempuh jalan dansarana sekehendak hatinya. Mereka harus
mengambil jalan dan sarana yang sudah disyari’atkan , betapapun resikonya yang harus
dihadapi.
Adalah keliru jika anda beranggapan bawha prinsip hikmah (kebijaksanaan) dalam
dakwah Islam itu disyariatkan untuk mempermudah tugas seorang da’i atau utuk menghindari
penderitaan dan kesulitan. Rahasisa disyariatkannya prinsip hikmah dlam dakwah ialah untuk
mengambil jalan dan sarana ang paling efektif agar bisa diterima akal dan pikiran manusia,
artinya apabila perjuangan dakwah menghadapi beranekaragam rintangan dan hambatan, maka
langkah yang bijaksana bagi para da’i dalam hal ini adlah melakukan persiapan utuk berjihad
dan berkorban dengan jiwa dan harta. Hikmah ialah meletakkan sesuatu pada tempatnya.
Di sinilah perbedaan antara hikmah dan tipu daya, antara hikmah dan menyerah.

Anda tentu ingat dan mengethaui , ketika Rasulullah saw, merasa optimis melihat
tanda-tanda kesediaan para tokoh Quraisy untuk memahami Islam, maka dengan perasaan
gembira dan perhatian sepenuhnya beliau menjelaskan hakekat Islam kepada mereka, sehingga
ketika seorang sahabatnya yang buta Abdullah Ibnu Ummi Maktum lewat , kemudian duduk
ikut mendengarkan di samping mereka dan bertanya kepadanya, Rasulullah saw membuang
muka darinya, karena beliau tidak ingin kehilangan kesempatan baik tersebut, di samping
bahwa Ibnu Ummi Maktum akan bisa dijawab pada lain kesempatan.
Tetapi kebijaksanaan Rasululah saw ini mendapat teguran dari Allah di dalam surat
‘Abasa, kendatipun tujuannya sangat mulia. Karena cara tersebut mengandung sikap yang tidak
dibenarkan oleh syariat Islam , yaitu mengabaikan dan menyakiti hati Abdullah Ibnu Ummi
Maktum karena ingin menarik hati kaum musyrik.
Tegasnya, tidak seorangpun yang dibenarkan untuk mengubah, melanggar atau
meremehkan hukum-hukum dan prinsip-prinsip Islam, dengan dalih kebijaksanaan, dalam
berdakwah. Sebab , suatu kebijaksanaan tidak bisa disebut bijaksana, jika tidak terikat oelh
ketentuan-ketentuan syariat dan prinsip-prinsipnya.
Ketiga, sikap Rasulullah saw terhadp berbagai tawaran yang diajukan kaum Quraisy kepadanya
tersebut mendapatkan dukungan dari Allah. Berkenaan dengan hal ini Allah telah menurunkan
firman-Nya :
„ Dan mereka berkata,“Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu, hingga kamu memancarkan
mata air dari bumi untuk kami, atau kamu mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu
kamu alirkan sungai-sungai di celah-celah kebun yang deras airnya, atau kamu jatuhkan langit
berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan, atau kamu datangkan Allah dan
Malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami. Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari
emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu
hingga kamu turunkan atas kami sebuah Kitab yang kami baca."“Katakanlah ;"“Maha Suci
Rabb-ku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi Rasul.“ QS al-Isra’ : 90-93
Allah tidak mengabulkan permintaan mereka bukan karena Rasulullah saw tidak diberi
mu’jizat selain dari al-Quran, sebagaimana anggapan sebagian orang. Tetapi karena Allah
mengetahui bahwa mereka tidak menuntut hal itu melainkan karena kekafiran, keangkuhan dan
penghinaan kepada Rasulullah saw . Ini dapat kita perhatikan melalui cara-cara dan bentukbentuk
tuntutan yang mereka ajukan. Seandainya mereka jujur dan serius ingin meyakini
kebenaran nabi saw, niscaya Allah akan mengabulkan permintaan mereka. Tetapi sikap kaum
Quraisy ini sesuai dengan apa yang ditegaskan oleh Allah di dalam fimarn-Nya :
„Dan jika seandaiyna Kami mebukakan kepada mereka slah satu dari (pintu-pintu) langit, lalu
mereka terus-menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata,“Sesungguhnya pandangan
amilah yang dikaburkan , bahwa kamia dalah orang-orang yang kena sihir.“ QS al-Hijr :14-15
Dengan demikian , tahulah anda bahwa hal ini tidak bertntangan dengan pemuliaan
Allah kepada Nabi-Nya melalui beraneka macam mu’jizat.

0 Komeng:

Post a Comment

 
Copyright 2009 Intelektual-Muslim™