Subscribe:


ShoutMix chat widget

3.13.2011

Permusuhan kaum Quraisy kepada Rasulullah saw dan para sahabatnya semakin keras
dan genar. Rasulullah saw sendiri mengalami berbagai macam penganiayaan. Di antaranya apa
yang diceritakan oleh Abdullah bin Amr bin Ash, ia berkata :“ Ketika Nabi saw sedang shalat di
Ka’bah , tiba-tiba datang ‘Uqbah bin Abi Mu’ith mencekik leher Nabi saw, sekuat tenaganya
dengan kainnya. Kemudian Abu Bakar datang menyelamatkannya dengan memegang kedua
lengan ‘Uqbah dan menjauhkannya dari Nabi saw, seraya berkata :“ Apakah kalian hendak
membunuh seorang yang mengucapkan Rabb-ku adalah Allah“
Berkata Abdullah bin Umair : Ketika Nabi saw sedang sujud di sekitar beberapa orang
Quraisy, tiba-tiba ‘uqbah bin Abi Mu’ith datang dengan membawa kotoran binatang, lalau
melemparkannya ke atas punggung Nabi saw. Beliau tidak mengangkat kepalanya sehingga
datang Fatimah r.a. membersihkan dan melaknati orang yang melakukan perbuatan keji
tersebut.
Selain itu Nabi saw , juga menghadapi berbagai pengkhianatan, ejekan dan cemoohan
setiap kali lewat di hadapan mereka.

Ath-Thabari dan Ibnu Ishaq meriwayatkan bahwa sebagian mereka pernah menaburkan
tanah di atas kelapa Rasulullah saw ketika beliau sedang berjalan di sebuah lorong di Mekkah,s
ehingga beliau kembali ke rumah dengan kepala kotor. Kemudian salash seorang anak
perempuan Nabi saw membersihkan sambil menangis. Tetapi Rasulullah saw mengatakan
kepadanya :
„Wahai anakku janganlah engkau menangisi. Sesungguhnya Allah melindungi bapakmu“
Demikian pula halnya dengan para sahabat. Masing-masing darimereka telah merasakan
berbagai macam penyiksaan. Bahkan di antara mereka ada yang meninggal dan buta karena
dahsyatnya penyiksaan itu. Tetapi semua itu tidak melemahkan semangat keimanan mereka.
Penyiksaan-penyiksaan yang dialami oeh para sahabat ini terlalu banyak untuk
disebutkan di sini. Tetapi cukup kami sebutkan apa yang diriwayatkan oelh Imam Bukhari dari
Khabbab bin Al-Arit, ia berkata : „ Aku datang menemui Rasulullah saw , ketika beliau sedang
berteduh di Ka’bah kepada beliau aku berkata :“ Wahai Rasulullah saw , apakah anda tidak
memohonkan pertolongan kepada Allah bagi kami ? Apakah anda tidak berdoa bagi kami ?
„Beliau menjawab :“ Di antara orang-orang sebelum kamu dahulu ada yang disiksa dengan
ditanam hidup-hidup, ada yang belah kepalanya menjadi dua, dan ada pula yang disisir
rambutnya dengan sisir besi hingga kulit kepalanya terkelupas. Tetapi siksaan-siksaan itu tidak
menggoyahkan tekad mereka untuk tetap mempertahankan agama. Demi Allah. Allah pasti
akan mengakhiri semua persoalan ini, Sehingga orang berani berjalan dari Shan’a ke
Hadhramaut tanpa rasa takut kepada siapapun juga selain kepada Allah, dan hanya takut
kambingnya disergap serigala. Tetapi kalian tampak terburu-buru.“
Beberapa Ibrah
Apa yang terlintas di kepala setiap orang yang membaca kisah berbagai macam
penyiksaan yang dialami Rasulullah saw dan para sahabatnya ialah pertanyaan : Mengapa Nabi
saw dan para sahabatnya harus merasakan penyisaan, sedangkan mereka berada di pihak yang
benar ? Mengapa Allah tidak melindungi mereka, padahal mereka adalah tentara-tentara-Nya,
bahkan di tengah-tengah mereka terdapat Rasulullah saw yang mengajak kepada agmaa-Nya
dan berjihad di jalan-Nya ?
Jawabannya, sesungguhnya sifat pertama bagi manusia di dunia ini ialah dia itu
mukallaf, yakni dituntut oleh Allah untuk menanggung beban (taklif). Melaksanakan perintah
dakwah kepada Islam dan berjihad menegakkan kalimat Allah emrupakan taklif ynag
terpenting. Taklif merupakan konsekuensi terpenting dari ‘ubudiyah kepada Allah. Tiada arti
‘ubuduyah kepada Allah jika tanpa taklif. ‘Ubudiyah manusia kepada Allah merupakan salah
satu dari konsekuensi uluhiyah-Nya. Tidak ada arti keimanan kepada uluhiyah-Nya jika kita
tidak memberikan ‘ubudiyah kepada-Nya.
Dengan demikian, ‘ubudiyah mengharuskan adanya taklif. Sedangkan taklif menuntut
adanya kesiapan menanggung beban perlawan terhadp hawa nafsu dan syahwat.
Oleh karena itu , kewajiban hamba Allah di dunia ini ialah mewujudkan dua hal :
Pertama , berpegang teguh dengan Islam dan membangun masyarakat Islam yang benar.
Kedua, menempuh segala kesulitan dan menghadapi segala resiko dengan mengorbankan
nyawa dan harta demi mewujudkan kewajiban tersebut.

Allah mewajibkan kita mempercayai tujuan dan sasaran, di samping mewajibkan kita
menempuh jalan yang sulit dan panjang unutk mencapai tujuan tersebut, betapa pun bahaya
yang harus kita hadapi.
Jika Allah menghendaki, niscaya mudah bagi-Nya untuk membuka jalan perjuangan
menegakkan masyarakat Islam. Tetapi perjuangan yang terlalu mudah ini belum dapat
membuktikan sama sekali ‘ubudiyah seseorang kepada Allah, bahwa dia telah menjual seluruh
kehidupannya dan hartanya kepada-Nya, dan bahwa dia telah mengikuti sepenuhnya apa yang
dibawa oelh Rasulullah saw. Tanpa perjuangan berat belum dapat dibuktikan siapa yang
Mu’min sejati dan siapa yang munafiq, siapa yang benar dan siapa yang berdusta.
Segala penderitaan dan kesulitan yang dialami para penyeru kepada jalan Allah dan
perjuangan penegak masyarakat Islam merupakan Sunnah Ilahiyah di dunia semenjak
permulaan sejarah. Di samping merupakan tuntunan dari tiga hal :
Pertama , sifat ‘Ubudiyah manusia kepada Allah. Maha benar Allah yang telah berfirman :
„Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada -Ku .“ QS 51 : 56
Kedua , sifat taklif yang bersumber dari sifat ‘ubudiyah. Setiap roang, lelaki dan wanita, yang
sudah mencapai usia akil baligh, diwajibkan (mukallaf) oleh Allah untuk menerapkan syariat
Islam pada dirinya, dan merealisasikan sistem Islam di dalam masyarakatnya, dengan
menanggung segala penderitaan dan kesulitan yang ada hingga makna taklif tersebut dapat
terwujud.
Ketiga, pembuktian kebenaran orang-orang yang benar dan kedustaan orang-orang yang dusta.
Jika manusia dibiarkan begitu saja mendakwahkan Islam secara lisan, niscaya akan sama antara
orang yang benar-benar beriman dan orang-orang yang berpura-pura. Maka ujian dan
cobaanlah yang bisa membedakan orang yang benar-benar beriman dari orang yang berpurapura.
Maha Benar Allah yang berfirman di dlaam Kitab-Nya :
„Alif Laam Mim . Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (sja) mengatakan :“
Kami telah beriman.“ Sedang mereka tidak diuji lagi ? Dan sesungguhnya Kami telah menguji
orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang
benar, dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.“ QS al-Ankabut : 1-3
„Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orangorang
yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.“ QS Ali Imran :
142
Karena ini sudah menjadi Sunnahtullah ynag berlau pada hambah-nya, maka
Sunnahtulalh ini pun tidak akan pernah berubah, sekalipun terhadap para Nabi dan orang-orang
pilihan-Nya. Oleh sebab itu, Rasulullah saw juga mengalami penganiayaan sebagaimana semua
Nabi dan Rasul sebelumnya. Demikian pula para sahabat Rasulullah saw . Bahkan di antara
mereka ada yang meninggal atau buta akibat penyiksaan, kendatipun mereka memiliki derajat
yang tinggi di sisi Allah.
Jika anda telah ketahui betap penderitaan dan penganiayaan yng dihadapi oleh seroang
Muslim, maka seharusnya anda menyadari bahwa sebenarnya itu bukan rintangan atau
hambatan, yang menghalangi para pejuang sebagaimana anggapan sebagian orang , atau
mujahid untuk mencapai tujuan. Tetapi merupakan perjalanan di atas jalan biasa yang telah
digariskan oleh Allah bagi mereka yang ingin membuktikan keimanannya dan mencapai
tujuannya.

Setiap Muslim akan semakin dekat mencapai tujuan yang diperintahkan oleh Allah
kepadanya manakala ia semakin berat menghadapi penganiayaan, atau mati syahid di tengah
perjuangannya.
Oleh sebab itu, seorang Muslim tidak patut berputus asa manakala menghadapi
penderitaan atau cobaan berat. Bahkan dia harus semakin optimis terhadap kemenangan
apabila dalam perjuangannya mewujudkan perintah Allah tersebut semakin berat menghadapi
cobaan dan penyiksaan.
Hal ini dapat anda perhatikan secara jelas di dalam firman Allah :
„Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang
kepadamu(cobaan) sebgaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa
oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan),
sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya ,“ Bila kah datangna
pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.“ QS al-Baqarah :
214
Demikianlah jawaban Allah kepada orang-orang yang tidak memahami waktak
pergerakan Islam dan orang-orang yang menyangka bahwa penderitaan dan penganiayaan itu
merupakan pertanda jauhnya para mujahid dari kemenangan : „Ketahuilah, sesungguhnya
pertolongan Allah itu amat dekat.“
Kenyataan ini lebih jelas lagi dapat anda perhatikan di dala kisah Khabbab bin Al-Arit ,
ketika datang kepada Rasulullah saw dalam keadaan memar dan babak belur sekujur badannya
akibat penganiayaan, meminta agar Rasulullah saw berdoa bagi kemenangan kaum Muslimin .
Permintaan ini dijawab oleh Rasulullah saw dengan jawaban yang maksudnya :
„Jika engkau merasa heran dan terkejut melihat penyiksaan dan penganiayaan yang dialami oleh
orang-orang yang berjihad di jalan-Nya, maka ketahuilah bahwa itu adalah jalan yang
seharusnya ditempuh. Itu adalah Sunnahtullah yang berlaku pada semua hambah-Nya yang
beriman. Ada yang disikat dengan sikat besi hingga terkelupa kulit kepalanya. Tetapi siksaansiksaan
itu tidak menggoyahkan tekad mereka untuk mempertahankan keimanan. Adalah keliru
jika engkau mengira bahwa penganiayaan dan penyiksaan itu akan menimbulkan keputus asaan
dan pesimisme. Tetapi sebaliknya justru menjadi pertanda akan dekatnya kemenangan . Demi
Allah , Allah pasti akan memenangkan agama ini sehingga orang berani berjalan dari Shan’a ke
Hadhratumaut tanpa rasa takut kepada siapa pun selain Allah, dan hanya takut kambingnya
disergap oleh serigala.“
Itulah sebabnya mengapa Rasulullah saw pernah menyampaikan berita gembira bahwa
Allah akan menaklukan negeri Persia dan Romawi kepada mereka. Sungguhpun demikian,
kedua imperium tersebut baru dapat ditaklukan setelah wafatnya Rasulullah saw. Adalah sesuai
dengan kemuliaan Rasulullash saw disisi Allah , jika Allah menaklukan negeri-negeri tersebut di
masa pemerintahan Rasulullah saw , di bawah pimpinannya secara langsung , baukan oleh salah
seorang pengikutnya. Tetapi sesungguhnya kemenangan itu berkaitan dengan ketetapan dan
Sunnahtullah yang kami sebutkan di atas.
Kaum Muslimin semasa hidup RAsulullah saw belum membayar sepenuhnya harga
kemenangan mereka di Syam dan Iraq. Sebelum kemenangan harga itu harus sudah dibayar
sepenuhnya. Ya , mereka harus membayar harga kemenangan itu terlebih dahulu, kendatipun
Rasulullah saw ada di tengah-tengah mereka. Terbukanya dan tertaklukannya suatu negeri
tidak berkaitan dengan nama Rasulullah saw atau harus dibawah pimpinannya mengingat

kecintaan Allah yang begitu besar kepada Rasulullah saw . Tetapi masalahnya ialah, bahwa
kaum Muslimin yang telah berbai’at kepada Alalh dan Rasuzl-Nya itu harus membuktikan
kebenaran janji mereka kepada Allah setelah mereka menandatangani transaksi jual beli dengan
Allah di bawah fimarn-Nya :
„Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mu’min diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh
atau terbunuh.“ QS at-Taubah : 111

0 Komeng:

Post a Comment

 
Copyright 2009 Intelektual-Muslim™